JEJAK SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA DI CANDI MUARO JAMBI PERCANDIAN HINDU - BUDDHA
Mengunjungi Jambi tentunya kita akan melihat suatu fenomena pemandangan 
alam yang indah. Lukisan yang penuh pemandangan hijau dan berbukit, 
serta jalan berkelok yang akan selalu kita temukan pada saat kita 
mengunjungi Jambi.
Namun, disalah sudut wilayah Jambi yang terletak di Kecamatan Muaro 
Serba, Kabupaten Muaro Jambi di tepi Sungai Batang hari kita bisa 
menemukan sebuah situs purbakala Komplek Percandian Muaro Jambi yang 
merupakan percandian Hindu - Buddha yang terluas di Indonesia. Situs
 ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu dari 
abad ke-11, dan termasuk sebagai satu candi kuno terluas di kawasan Asia
 Tenggara.
Situs Kompleks Candi Muaro Jambi
 ini dapat dijangkau melalui darat sekitar 30 menit ke arah timur  atau 
+/- 2 km dari Kota Jambi menuju Palabuhan Talang Duku, kemudian 
dilanjutkan dengan menyeberangi Sungai menuju ke Desa Muaro Jambi. 
Setelah itu kita akan sampai dikomplek Candi Muaro Jambi yang memiliki 
luas area 2.612 hektar, sebuah mahakarya seni arsitektur megah pada masa
 Kerajaaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu pada abad ke -11.
Atau kita bisa memilih jalur alternatif untuk menuju Candi Muaro Jambi, di mana semuanya sudah berjalan aspal dengan bagus. Dan rute perjalanan menuju ke Candi Muaro Jambi
 pun bayak pilihan, yaitu kita bisa melewati daerah Olakkemang, sembari 
mampir ke pusat perajin batik khas Jambi, atau melalui rute lama,  lewat
 Sengeti.
Dari informasi yang penulis dapatkan dari beberapa rekan pemandu wisata 
lokal di sana, mereka menyarankan untuk lewat rute Olakkemang, karena 
memalui jalaur ini kita akan melihat sebuah suguhan pemandangan rumah 
panggung asli berasitektur kuno dengan ukiran kayu Jambi lama. Apalagi 
bagi kita para pecinta seni photography atau pun video maker. 
Di dalam area Kompleks Candi Muaro Jambi
 kita dapat menemukan beberapa Candi, berbagai artefak kuno seperti 
keramik, manik-manik, mata uang kuno, arca, dan lain-lain. Candi-candi 
yang dapat kita temukan di area lokasi ini yaitu; Candi Astano, Candi 
Tinggi, Candi Gumpung, Candi Kembar Batu, Candi Gedong, Candi Kedato, 
dan Candi Koto.
Dilihat dari segi arsitekturnya Candi Muaro Jambi merupakan
 pusat kebudayaan Budhis pada abad ke-IV dan V msehi. Salah satu 
penemuan area di Candi Gumpung memperlihatkan ciri-ciri yang banyak 
persamaannya dengan cara Prajnaparamita dari zaman Singosari. 
Beberapa meter dari candi telaga tempat pemandian para raja yang 
dinamakan Telago Rajo. Kolam pemandian raja tersebut berukuran 100 x 200
 meter dengan kedalaman 2-3 meter dari permukaan tanah.
Menelusuri Kompleks Percandian Muaro Jambi, kita akan menemukan Kelompok Candi Tinggi yang terletak +/- 200 meter timur laut Candi Gumpung.
 Candi yang berukuran 75 x 92 meter yang pernah dipagar sejak  
1979-1988, memiliki gerbang utama yang berada di sisi timur. Di dalam 
area Kelompok Candi Tinggi terdapat sebuah Candi Induk dan enam buah Candi Perwara (penampilan). 
Di depan Candi Induk
 kita dapat menemukan sebuah denah yang berbentuk bujur sangkar yang 
berukuran 16 x 16 meter. Setelah dipagar, kini Candi Induk memiliki dua 
teras dan bangunan induknya cendrung mengecil keatas. Sedangkan 6 buah 
Candi yang berada disekar Candi Induk hanya dijadikan pondasi dari 
kaki-kaki untuk Candi Induk.
Sejumlah temuan penting yang terdapat di Candi Tinggi adalah
 sebuah potongan benda besi dan perunggu, kaca kuno, pecahan-pecahan 
arca batu, pecahan-pecahan keramik yang umumnya adalah alat-alat rumah 
tangga yang berasala dari China pada abad 9-14 M, serta ratusan bata 
bertulis dan bertanda cap. Huruf yang terdapat pada bata menunjukan 
tulisan dengan menggunakan huruf Pallawa (Prenagari).
Melanjutkan perjalan untuk menelusuri Candi berikutnya, kini kita menyambangi sebuah Candi bernama Candi Batu,
 yang terletak sekitar 250 meter di tenggara Candi Tinggi. Situs ini 
dibatasi oleh bangun fisik sebuah pagar yang mengelilingi candi 
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran yang tidak sama setiap 
sisinya.
Namun, dari informasi yang penulis dapatkan secara kasat mata luas dari 
bangunan fisik pagar tersebut dapat dihitung 64 x 4 meter persegi dan 
terdapat struktur tiang bangunan yang terbuat dari kayu dan lantai yang 
terbuat dari batu bata. Dan sebuah Gong Cina pernah ditemukan dilokasi 
situs ini oleh para arkeolog. Gong yang terbuat dari perunggu beraksara 
Cina ini disebut-sebut sebagai "gong perang", dan sekarang telah di simpan di Museum Negeri Jambi.
Setelah kita pusa menelusuri dan mendapatkan informasi dari sebuah Candi
 Batu, perjalanan pun dapat dilanjutkan untuk menelusuri Candi 
berikutnya, yaitu Candi Gedong. Dimana situs candi ini terdiri dari dua 
bagian, yaitu Gedong 1 dan Gedong 2. Dimana kedua Candi ini letaknya 
sangat berdekatan, dan jaraknya hanya +/- 150 meter. Candi Gedong ini 
terletak sekitar 1.450 meter dari sebelah timur Candi Kedaton, memiliki 
kesamaan struktur tangga di sebelah timur.
Candi Gedong
 terlihat sangat unik, bangunannya berbentuk bujur sangkar dan dari 
informasi yang penulis dapatkan di lokasi situs Candi Gedong ini banyak 
ditemukan temuan lepas purbakala seperti mata uang kepeng Cina serta 
gerabah local (tembikar). Sebagian besar uang tersebut dalam keadaan aus
 dan sulit terbaca. Sebagian besar hurufnya berasal dari Dinasti Tang 
(618-907 M), dinasti Tang Selatan (937-976 M), dan Dinasti Sung 
(960-1280 M). Dan di situs Candi Gedong 1 ini terdapat sebuah arca 
Jagopati (Arca Prajurit).
Di lokasi area ini kita dapat menemukan belanga yang memiliki berat 160 
kg srta tinggi 67 cm, dengan diameter 106 meter yang merupakan temuan 
wadah logam terbesar dari Situs Muaro Jambi.
 Dari data informasi yang penulis dapatkan dilokasi ini  dari keterangan
 pusat informasi dan penerangan Candi Muaro Jambi, belanga tersebut 
ditemukan oleh penduduk setempat pada saat menggali tanah yang lokasinya
 tidak jauh dari Kompleks Candi Kedaton.
Bergeser dari Candi Kedaton 500 meter di sebalah kanan mudik sungai 
Batanghari, kita akan menemukan Candi Gumpung, dimana situs Candi 
Gumpung merupakan Candi terbesar setelah Candi Kedaton. Melihat Candi 
Gumpung yang tersusun rapih dengan menggunakan bahan baku dari bata, 
kita akan melihat berbegai bentuk dan ukuran yang tersusun sangat rapih 
di situs candi ini.
Di lokasi area Candi Gumpung pernah ditemukan benda purbakala yang 
berhasil di ketemukan oleh para arkeolog. Kelompok Candi Gumpung yang 
dibatasi pagar keliling membentuk bujur sangkar yang berukuran 299 x 50 
meter persegi dengan memiliki 5 buah Candi Perwara (penampil) yang tidak
 terlalu jelas bentuk wujudnya, 4 buah gapura dan 2 buah tempat yang 
diperkirakan bekas kolam. Candi Gumpung berasal dari penamaan sebuah 
menapo gumpung dari bahasa masyarakat penduduk asli sekitar situs candi 
tersebut, dalam bahasa melayu memilik arti papak atau patah atau terpotong diatasnya.
Awalnya situs Kompleks Candi Muaro Jambi
 ini tidak banyak di kena orang. Dan seorang perwira Inggris, S.C Crooke
 yang mengunjungi daerah ini pada tahun 1820, kemudaian pada tahun 
1935-1936, FM. Schnitger seorang arkeolog yang melakukan ekspedisi ke 
daerah tersebut dan melakukan penggalian situs Muaro Jambi. Informasi 
ini penulis dapatkan  dari masyarakat penduduk setempat yang tercatat 
dalam pusat penerangan informasi Candi Muaro Jambi.
Sungguh fenomena sejarah yang luar biasa dibalik keindahan panorama 
situs Percandian Muaro Jambi ini tidak kalah dengan situs-situs 
bersejarah yang barada di Pulau Jawa.. Dalam catatatan perjalanan yang 
bersumber dari informasi di lokasi situs Percandian Muaro Jambi. Sampai 
awal avad ke-21 Masehi ini, lokasi situs Candi Muaro Jambi
 terlah teridentifikasi kurang lebih 110 banguan Candi adalah 
peninggalan Kerajaan Melayu hingga Kerajaan Sriwijaya, yang berlatar 
belakang kebudayaan melayu budhis. Diperkirakan candi-candi di lokasi 
ini dibangun sejak abad 4 M, salah satunya adalah kelompok Candi 
Gumpung. 
Pada tahun 2009 Kompleks Candi Muaro Jambi ini diajukan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO,
 semoga objek wisata yang sangat indah dan memiliki nilai historis 
sejarah ini dapat bisa dilestarikan untuk menjadi salah satu pusat 
pembelajaran edukatif di daerah Muaro Jambi, Indonesia yang berada di 
Pulau Sumatera. Karena kawasan ini memiliki peran penting dibidang perdagangan dan diplomasi yang letaknya di jalur Maritime Silk Road.
Dengan menikmati wisata sejarah budaya di Candi Muaro Jambi kita
 akan dapat menyelami arti sebuah kebesaran demokratis yang dimiliki 
pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu pada masanya, semoga 
kita dapat mengambil sebuah hikmah positif dari setiap perjalanan wisata
 yang bisa kita jalankan untuk kemaslahatan kehiudpan ini.
Sumber : http://www.landscappist.com/2013/06/
Sumber : http://www.landscappist.com/2013/06/





